Pinjam Lolipop G1g0L0 Simpanan Mama - Cerpen Pelangi




Semalam aku ketiduran di rumah James, karena hari ini ada kuliah pagi, subuh aku langsung balik ke rumah. Jam lima pagi biasanya Mama sudah bangun, Mama biasa berangkat kerja jam enam lebih sedikit, menghindari Jakarta yang macet. 


Dengan mata yang masih terkantuk, aku mamarkirkan motor di bagasi dan langsung berjalan menuju kamar.


Di ruang tengah, tepatnya di sofa dekat televisi, terdengar suara desahan. Aku mengintip dari balik angin-angin. Ruang tengah dengan kamarku hanya tersekat tembok, kulihat Mama tengah terbaring ngangkang di sofa dan seorang lelaki bertubuh atletis tengah melakukan penetrasi seksual.


Ah, lagi-lagi. Bathinku. 


Ini bukan pertama kali aku mendapati Mama melakukan itu di rumah. Semenjak bercerai dengan Papa, Mama memang tidak pernah terpikir untuk menikah lagi. 


Mama sibuk bekerja disebuah perusahaan bonafit. Gaji Mama pun diatas rata-rata. Untuk itulah, dia bisa memesan gigolo untuk memenuhi hasrat seksualnya.


Tapi gigolo pagi ini sedikit berbeda. Tubuhnya bagus, wajahnya tampan, kulitnya sawo matang, lengan dan perutnya terbentuk bagus. Kelihatan dia anak gym. 


Sudah lama aku tak melihat Mama melakukan ini di rumah, sudah sebulan lebih. Gigolo kali ini pun nampak lebih muda, sepertinya seumuranku.


Agak lama aku mengintip hubungan seksual mereka. Keduanya telanjang bulat, kulihat penis gigolo itu keluar masuk begitu lihainya, sampai Mama melenguh kenikmatan.


“Stop..stop..,” ucap Mama. 


Lalu gigolo itu mencabut penisnya dari Vagina Mama. 


“Cukup untuk hari ini, terima kasih ya,” lanjut Mama sambil mengecup bibir lelaki itu. 


Lalu Mama berdiri membersihkan vaginanya yang basah dengan tisu, dan langsung berjalan naik menuju kamarnya. Sepertinya Mama mau mandi dan langsung berangkat kerja, karena jam sudah lewat setengah enam pagi.


Lelaki itu pun terduduk di sofa, penisnya masih tegang berat dan agak basah. Mungkin Mama sudah klimaks saat dia tusuk tadi, sementara dia belum klimaks. 


Basah di penisnya bisa jadi dari cairan vaginanya Mama. Kemudian aku berjalan ke ruang tengah untuk mengampirinya, dia terlihat kaget melihatku datang.




“Hustt,” aku menyuruhnya diam.


“Gue udah biasa ngelihat pemandangan kayak gini di rumah ini,” lanjutku. 


Pandangan mataku masih terfokus ke penis lelaki itu yang masih menegang.


“Gue mau minta sesuatu sama loe, mumpung penis loe masih tegang,” pintaku.


“Maksudnya?” dia terlihat bingung.


“Gue udah lama nggak coli, gue juga udah lama nggak ngelakuin ini sama cewek gue. Pagi ini gue pengen coli, tapi gue pengen loe nusuk dubur gue.”


Lelaki itu tertawa terbahak. 


“Loe homo?” dia kemudian berdiri dan memegang pundakku. 


Tubuhnya yang lebih besar dan lebih tinggi dariku, membuat aku kikuk. Lalu aku jelaskan kalau waktu coli, aku sering pakai penis palsu. 


Apa aku homo? Entahlah, tapi coli sambil pantat ditusuk itu rasanya lebih enak daripada hanya di kocok dari depan.


“Eh, tapi nggak disini juga lah, nanti Mama tau. Di kamar gue aja,” jelasku.


Kami berjalan menuju kamar, aku langsung membuka jeans dan celana dalam. Penis lelaki itu masih menegang dan agak basah. 


“Cuma ditusukkan saja, jangan genjot,” pintaku.


Dia kemudian duduk di kursi dan aku mendudukinya. Sleeppp.. 


Karena penisnya masih licin, mudah sekali masuk ke duburku. Lalu aku mengambil lubricant oil dan mengocok penisku sendiri. 


Lelaki itu hanya duduk diam sambil menacapkan penisnya di duburku. Penisnya yang besar dan berotot, rasanya memang beda dengan penis buatan.


“Gimana, enak?” tanyanya. 


Aku hanya mengangguk pelan sambil mengerang. Perlahan dia mulai menggoyang. Uh, kampret. Ternyata malah tambah enak. Apalagi ngeliat wajahnya yang tampan dan badannya yang bagus.


Anjirr, aku gak kuat lagi, tak lama kemudian aku langsung klimaks. Spermaku berceceran di lantai. Lalu aku mencabut penisnya dari duburku.


“Thanks ya,” ucapku sambil melepas kaos. 


Dia kemudian berjalan keluar dan mengambil pakaiannya di ruang tengah. Aku mengintipnya mengenakan pakaian dari balik angin-angin, sekalian mengambil handukku yang terjemur diluar. 


Entah kenapa, aku berharap kalau gigolo itu suatu saat dipakai Mama lagi, dan aku bisa bertemu dengannya.


By Lawliet

Posting Komentar

0 Komentar