Jeremy, Lelaki Indah dalam Hidupku


Cahaya senja menyapa jendela apartemen lantai 12, menyapa Jeremy yang sedang duduk di sofa, membaca buku. Aku menyelinap ke sampingnya, mencium aroma parfumnya yang lembut, aroma yang sudah menjadi candu bagiku.
 
"Sedang membaca apa?" tanyaku, mencondongkan tubuh ke arahnya.
 
Jeremy menoleh, senyumnya merekah, membuat hatiku berdesir. "Puisi, tentang cinta."
 
"Tentu saja," kataku, geli. "Kamu kan raja cinta."
 
Dia tertawa, suaranya yang berat membuatku merasa hangat. "Aku memang raja cinta, tapi ratunya hanya kamu."
 
Aku mencubit lengannya pelan, tapi dia hanya tertawa lagi, menarikku ke dekapannya. Kami duduk berdampingan, memandang ke luar jendela. 

Lampu-lampu kota mulai berkelap-kelip, seperti bintang-bintang yang jatuh ke bumi.
 
"Aku bersyukur punya kamu, Jeremy," bisikku, kepala bersandar di bahunya.
 
"Aku juga," jawabnya, tangannya mengelus rambutku. "Kamu adalah pelabuhan hatiku."
 
Kami diam sejenak, menikmati keheningan yang dihiasi oleh suara lalu lalang kendaraan di jalan raya.
 
Jeremy adalah lelaki yang sempurna. Tampan, dengan rambut cokelat keemasan yang selalu terlihat rapi, dan mata biru yang mampu menjerat jiwa. 


Tubuhnya indah, terbentuk sempurna dari rutinitas olahraganya.  Dia jago mencairkan suasana, membuatku merasa nyaman dan aman di sisinya.
 
Sudah banyak malam yang kami lalui berdua di apartemen ini. Mengamati lalu lalang kendaraan di jalan raya, bercerita tentang hari-hari kami, tertawa bersama, dan berbagi mimpi.
 
"Kamu tahu," kata Jeremy, memelukku erat, "aku jatuh cinta padamu sejak pertama kali melihatmu."
 
"Aku juga," jawabku, menenggelamkan wajahku di dadanya. "Kamu adalah lelaki pertama yang membuatku merasa benar-benar dicintai."
 
Kami saling memandang, mata kami bertemu, dan di sana terukir cinta yang tak terucapkan.
 
"Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu," kata Jeremy, suaranya bergetar.
 
"Aku juga," jawabku, air mata bahagia menetes di pipiku.
 
Kami berciuman, sebuah ciuman yang penuh dengan cinta dan janji.
 
Malam ini, seperti malam-malam lainnya, terasa istimewa.  Aku bersyukur karena memilikinya, lelaki yang sempurna bernama Jeremy.  Dia adalah pelabuhan hatiku, tempatku berlabuh dan menemukan kebahagiaan.
 
Dan aku tahu, cinta kami akan terus bersemi, seperti bunga yang mekar di taman hati kami.

Posting Komentar

0 Komentar