14 Juni 2020
Hari ini hujan. Hujan yang dingin dan membuatku teringat pada kesunyian di kamar ini. Rasanya seperti hujan ini meneteskan air mata yang sama dengan yang kurasakan.
Aku anak broken home. Dua kata yang selalu terasa berat di lidahku, bahkan lebih berat dari beban di dadaku. Sejak usia remaja, aku merasakan kesepian yang menusuk. Rumah yang dulu penuh tawa, kini hanya diisi oleh hening yang mencekam.
Aku ingat, dulu aku sering bermain petak umpet dengan Mama dan Papa. Rumah ini penuh dengan suara riuh kami. Sekarang, hanya suara jarum jam yang berdetak pelan, seperti mengiringi kesedihan yang kurasakan.
Aku sering melihat teman-teman bermain dengan orang tua mereka. Mereka bercanda, bercerita, dan tertawa bersama. Aku hanya bisa memandang mereka dari kejauhan, dengan rasa iri yang menusuk hati.
Aku mencoba menyibukkan diri. Aku belajar dengan tekun, mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan bergaul dengan teman-teman. Namun, kesepian ini selalu ada, seperti bayangan yang tak pernah lepas dariku.
Malam ini, saat hujan semakin deras, aku teringat pada kata-kata Mama.
"Nak, hidup itu seperti perjalanan. Kadang ada jalan yang mulus, kadang ada jalan yang berliku. Yang penting, kamu harus tetap berjalan dan jangan pernah menyerah."
Kata-kata Mama itu seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Aku sadar, kesepian ini memang berat, tapi aku tidak boleh menyerah. Aku harus terus berjalan, terus berjuang untuk meraih kebahagiaan.
Aku punya mimpi, mimpi untuk menjadi orang yang sukses dan membahagiakan orang-orang yang kucintai. Aku yakin, dengan tekad dan semangat yang kuat, aku bisa menggapai mimpi itu.
Aku akan belajar dari pengalaman ini. Aku akan menjadikan kesepian ini sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan tegar. Aku akan terus menebarkan kebaikan dan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarku.
Aku percaya, suatu saat nanti, aku akan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Kebahagiaan yang bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang kucintai.
Hujan pun mulai reda. Sebuah pelangi muncul di langit, menandakan harapan baru. Aku akan terus melangkah, dengan keyakinan dan optimisme yang membara.
Aku akan menjadi pelangi di tengah badai.
0 Komentar