Lanjutan: Aku Menyukai Rama


Aku akhirnya memberanikan diri untuk mengatakannya. Aku mengajak Rama ke tempat biasa, taman di dekat kosannya, tempat kami sering menghabiskan waktu.
 
"Rama, aku... aku punya sesuatu yang ingin kukatakan," kataku, gugup.
 
Rama menatapku, matanya penuh tanya.  Aku menarik napas dalam-dalam.  

"Aku... aku menyukaimu, Rama."
 
Senyum Rama memudar, digantikan oleh ekspresi terkejut.

"Aku... aku tidak menyangka kamu akan mengatakan itu," katanya, suaranya terdengar pelan.
 
"Aku tahu ini mungkin mengejutkan, tapi aku tidak bisa lagi menyembunyikannya. Aku selalu merasa nyaman bersamamu, selalu merasa tenang saat curhat padamu.  Aku... aku merasa lebih membutuhkanmu daripada Namia."
 
Rama terdiam, matanya menatapku dengan intens.  

"Aku mengerti perasaanmu, tapi..."
 
"Tapi apa?" tanyaku, harapanku mulai pudar.
 
"Aku... aku tidak bisa membalas perasaanmu.  Aku selalu menganggapmu sebagai teman baik.  Aku selalu ada untukmu karena aku peduli padamu, tapi..."
 
"Tapi apa?" tanyaku lagi, suaraku bergetar.
 
"Aku... aku tidak bisa melupakan hubunganmu dengan Namia.  Aku tidak ingin merusak hubungan kalian."
 
Aku terdiam, air mata mulai menggenang di pelupuk mataku.

"Rama, aku... aku tidak bisa lagi membendung perasaan ini.  Aku sudah mencoba untuk melupakanmu, tapi aku tidak bisa.  Aku selalu memikirkanmu, selalu ingin bersamamu."
 
Rama menghela napas panjang.

"Aku tahu,  aku juga merasakan sesuatu padamu,  tapi  aku  takut  akan  menyakitimu.  Aku  takut  akan  merusak  hubunganmu  dengan  Namia."
 
"Rama,  aku  sudah  mulai  merasa  hubungan  aku  dengan  Namia  tidak  sehat.  Aku  lelah  dengan  konflik-konflik  yang  terus  menerus  muncul.  Aku  merasa  lebih  bahagia  bersamamu."
 
Rama  menatapku  dengan  tatapan  yang  penuh  dengan  kesedihan.  

"Aku  mengerti,  tapi  aku  takut  akan  menyesal  jika  aku  menerima  perasaanmu.  Aku  takut  akan  merusak  semuanya."
 
Aku  menarik  napas  dalam-dalam.  

"Rama,  aku  hanya  ingin  kamu  tahu  perasaanku.  Aku  tidak  memaksamu  untuk  membalas  perasaanku.  Aku  hanya  ingin  jujur  padamu."
 
Rama  menggeleng  perlahan.

"Aku  menghargai  ketulusanmu,  tapi  aku  takut  akan  menyakitimu.  Aku  takut  akan  merusak  semuanya."
 
Aku  terdiam,  menatap  Rama  dengan  tatapan  yang  penuh  dengan  kesedihan.  Aku  tahu  aku  harus  menerima  kenyataan  ini.
 
Aku  menarik  napas  dalam-dalam  dan  mencoba  untuk  menenangkan  diri.  

"Baiklah,  Rama.  Aku  mengerti.  Aku  hanya  ingin  kamu  tahu  perasaanku."
 
Rama  menatapku  dengan  tatapan  yang  penuh  dengan  kesedihan.  

"Maaf,  aku  tidak  bisa  membalas  perasaanmu."
 
Aku  menggeleng  perlahan.

"Tidak  apa-apa,  Rama.  Aku  mengerti."
 
Aku  berdiri  dan  berjalan  meninggalkan  taman,  meninggalkan  Rama  yang  terdiam  dalam  kesedihan.
 
Aku  takut  akan  merusak  semuanya.  Aku  takut  akan  kehilangan  Rama.
 
Tapi,  aku  juga  tahu  bahwa  aku  harus  mencari  kebahagiaan  aku  sendiri.  Aku  harus  mencari  seseorang  yang  benar-benar  mencintai  aku.
 
Aku  harus  melepaskan  Rama.
 
Aku  harus  melepaskan  perasaanku.
 
Aku  harus  memulai  hidup  baru.
 
Aku  harus  mencari  kebahagiaan  aku  sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar