Kenapa Kamu Harus Balik ke Jakarta? (2)


Hilal terlihat tegang saat kontolnya kupegang.

"Kok cepet banget ngacengnya? Jangan-jangan kamu yang homo," responku menggodanya.

"Gak tau, tapi ini yang pertama."

"Apanya?"

"Dikocokin."

Aku tahu teknik ini karena sering nonton bokep, khususnya blowjob, Hilal adalah obyek pertama yang menjadi praktekku.

Dia beberapa kali memejamkan mata, seperti keenakan, tanganku menggengam badan batangnya dan menggerakkannya maju mundur.

"Enak?" tanyaku.

Dia mengangguk. Lalu tangan kirimu menyentuh putingnya, dia lekas menampik.

"Apaan sih."

"Udah nurut aja."

"Geli anjiiir."

"Iya tapi ntar lebih enak."

Dia nurut, namun berulang kali beringsut karena kegelian.

"Geli anjiirrr."

"Tapi enak kan?"

Dia mengangguk pelan. Hampir sejam aku blowjob dia, dan sepertinya dia udah diubun-ubun.

"Gue mau keluar," ucapnya sambil mendesah.

Aku cepatkan kocokanku sambil memelintir putingnya, dia mengerang, setengah berteriak sampai cairan pejuhnya muncrat cukup jauh.

Aku kocok terus sampai tetes terakhir. Hilal terengah engah, seperti baru lari maraton.

Aku mengambil tisu dan membersihkan tanganku yang terkena cairan pejuhnya.

"Bersihin sendiri pejuhmu di lantai," ucapku sambil menuju kamar mandi.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar