Apa yang aku kangenin? Sebenarnya aku kangen bisa ngobrol sama dia, main ke pantai, masak bareng dan lainnya.
Lainnya hanya pelengkap, atau kebutuhan intim yang memang harus kami lampiaskan seiring pertambahan usia.
Malam itu, kami saling berpagut mesra, tubuh kami berkeringat dan jendela di biarkan terbuka menghadap kebun.
Jakarta telah mengubah hilal, dan empat tahun yang panjang juga telah mengubahku.
Lubangnya bisa dengan mudah kukoyak dengan kontolku, dulu terasa sulit dan sempit.
Dia juga tak kesakitan, justru mendesah menikmati. Empat tahun telah mengubah badannya lebih berisi dan berotot.
Empat tahun perpisahan telah banyak yang berubah dari kami.
Mungkin kontolku lah yang pertama menjamah lubannya, namun bukan yang berhasil mengoyak dan memberi kenikmatan padanya.
Mungkin lubang pertama yang kujamah kontolku adalah lubangnya, namun bukan lubang pertama yang kukoyak mesra.
Malam ini, kami bisa melampiaskan hasrat dan kami bersetubuh dengan nyaman untuk pertama kalinya.
"Jakarta telah mengubahmu menjadi boti?" bisikku.
Dia tersenyum.
"Gue lebih nyaman posisi ini, dan untungnya lu bisa jadi top."
- 00-
Kami berbagi selimut dan aku memeluknya mesra dari belakang.
"Kenapa kamu harus ke jakarta, kenapa gak disini aja?"
Dia menghela nafas, jari jemarinya mengenggam jari jemariku.
"Ada kehidupan lain di jakarta," jawabnya.
"Apakah di sana ada yang memelukmu seperti ini?"
Dia diam, tak menjawab, hanya tertawa kecil.
"Di sana gue tinggal di koskosan, kadang sangat kesepian."
"Lalu?"
"Jakarta terlalu ramai untuk merasa kesepian."
Ya ya, aku tak bisa menahannya untuk tidak pergi, aku hanya potongan hidup baginya, ada potongan hidup lain sekarang dalam hidupnya.
Sebenarnya aku sedih, dan ingin menangis malam ini, namun aku telah berjuang 4 tahun untuk melawan kesepian ini, dan akankah runtuh begitu saja?
0 Komentar