³nt⁰t Aku, Please


Entot Aku, Please


"Entot aku, please," ucap Fey lewat voice note.

Dia masih remaja dan suatu kesalahan saat aku penuhi permintaannya sore itu.

Sejak itu, dia seperti terikat denganku yang 12 tahun lebih tua darinya.

"Tapi mas gak buncit," katanya saat kami bertemu di kamar apartementku.

"Kamu masih belum cukup umur," jawabku.

"Apa salahnya, aku mau."

Dia terus bersikeras, dan dunia seperti tak mampu menahan gejolak hasrat kami berdua.

Hampir dua jam kami bersimbah keringat, berganti gaya dengan gerak dinamis dan percakapan mesra.

Dua jam adalah durasi terlama sejauh ini, bagiku. Setelah itu kami membersihkan diri dan bersantai di dekat jendela.

"Enak gak?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk dengan sedikit rasa bersalah karena melakukan itu dengan anak yang belum genap 18 tahun.

"Spermamu kental dan banyak," pujinya.

Aku tersenyum getir. Dia sangat manja dan haus sentuhan.

"Itulah kenapa aku suka mas mas muda sepertimu," lanjutnya sambil berkemas.

"Mau dianter?"

"Gak perlu, naik ojol aja," jawabnya.

  - 00-

Seminggu setelahnya dia meminta hal yang sama.

"Baru seminggu lalu kita ngelakuin," jawabku.

"Udah seminggu, bukan baru seminggu," sahutnya.

Sejak itu aku belum mengeluarkan lagi sperma, dia bilang seminggu bisa 2 hingga 3 kali onani.

Aku belum tentu sebulan sekali, apa karena itu spermaku kental dan melimpah?

  - 00-

Dia berkunjung lagi ke apartemenku sore itu, aku baru saja pulang kerja dan badan masih bau keringat.

Dia duduk di ranjang, posturnya slim, wajah manis, kulit halus terawat, suara agak berat namun terdengar manja.

Aku pun juga tertarik dengannya, apalagi menelisik bagian tubuh remajanya yang masih segar dan lembut.

Namun ... dia baru berulang tahun ke 16 tahun, teramat jahat jika harus menjadikan tubuhnya obyek pelampiasan nafsuku.

Dan ... itu sudah terjadi.

Dia pun juga menyukai pria seusiaku, dia tak menyukai remaja seusianya, dia sangat nyaman saat kudekap.

"Aku membutuhkan ini lebih dari apapun," bisiknya.

Lubangnya longgar karena terbiasa menggunakan dildo medium yang beberapa centi lebih gemuk dari penisku.

Aku menyusulnya duduk di ranjang, lalu memeluknya.

"Apakah kita harus melakukan itu, bukankah ini aja udah cukup?"

Dia menggeleng, dia ingin merasakan kontolku, dia ingin menari, menggoyangkan pinggulnya, menjepit erat kontolku.

"Aku terlanjur nyaman," katanya.

Namun aku terus diliputi rasa bersalah, aku ingat adikku yang setahun lebih tua darinya dan pikiranku selalu ke arah sana.

Aku takut merusak mental anak ini, meski penisku telah menjamah bagian dalam pantatnya.

"Mau entot aku lagi gak?" tanyanya.

Aku menunduk, dan tanpa permisi dia malah berlutut, wajah menghadap persis resleting celanaku.

Adegan itu kembali terjadi diawali dengan kuluman mesra mulutnya, tarian lidah yang basah oleh air liur.

Kenapa ini sangat nikmat?

By Septyandra

Posting Komentar

0 Komentar