Sp³rm⁴ Jodi
Nuel Elastia
---
Dulu aku sangat malu menampakkan bagian tubuhku ke orang lain, namun keakrabanku dengan Jodi merubah semuanya.
Jodi tinggal di sebuah apartemen, dulu aku sering main sepulang sekolah, kami sekelas dan akrab karena satu bangku.
Jodi anak pindahan, keluarganya cukup tajir untuk menyewakannya sebuah apartemen.
Kamarnya di lantai paling atas, hanya dua tangga dari rooftop yang dari atas bisa melihat pemandangan kota.
Dia rooftop Jodi punya alat workout, tak banyak, sekadar untuk latihan beban seperti dumble dan semacamnya.
Kalau sore dia sering menghabiskan waktu di rooftop untuk workout. Aku sering ikut, dia mengajariku cara melatih otot dada, perut dan lengan.
Jodi mengenakan singlet hitam dan keliatan lengannya yang berotot, sesekali dia melepasnya dan pemandangan perut sixpack adalah bonus tersendiri.
"Barang-barangnya gak lu masukin kamar?" tanyaku.
"Emang ada yang mau nyolong dumble?"
"Kali aja."
"Kalau mau mereka bisa pake juga kok, tapi nyatanya tiap sore cuma gue yang workout di sini, kadang sama elu," jelasnya.
Sore itu kami berkeringat maksimal, namun semilir angin dari atap gedung lekas mengeringkan keringat.
"Lu coli berapa hari sekali?" tiba-tiba Jodi melemparkan pertanyaan yang langsung membuatku terkejut.
"Hah?"
"Ngapain hah, udah santai aja, sesama cowok pasti udh paham hal kayak gini."
"Gak mesti sih, pas lagi pengen aja," jawabku.
"Biasanya pas pengennya pas apa?"
"Gak tau sih, kadang pas lagi nonton bokep, btw kok kamu tiba-tiba tanya gitu?"
"Gue mau coli dulu sebelum mandi, udah 5 hari soalnya."
"Owhh..."
"Gue biasa coli di sini, biasanya habis workout."
"Hah, gila kamu emang gak takut ada yang liat?"
Jodi tertawa.
"Jarang banget ada orang naik kesini, kecuali teknisi AC, lagian biarin juga liat."
"Emang gak ada cctv?"
"Ada, tapi di sudut sana," jelasnya sambil menunjuk ke arah tempat mesin-mesin AC.
"Yaudah kalau mau coli, aku harus gimana? Nunggu di kamar sampe kamu selesai?"
"Terserah elu, di sini juga gak papa, tadi gue cuma mau ngasih tau."
Jodi lalu melepas celana pendeknya, cuma sempak segitiga yang masih melapisi tubuhnya yang atletis dan padat itu.
Lalu sempak itupun dia lepas, dan .... argh.. batang coklat itu terlihat keras banget.
"Lu liat apaan?"
"Eng....nggak.. aku cuma kaget aja kamu telanjang."
Jodi mulai mengocok sambil melihat layar ponselnya, sesekali dia nunjukin ke aku.
"Lihat nih cewek, cantik, mulus banget."
Dia coli sambil liatin foto-foto cewek di instagram yang badannya seksi dan mulus, ternyata itu jadi bahan fantasi.
Sementara aku justru degdegan ngeliat Jodi coli dan itu live di depanku, selama ini aku cuma nonton bokep.
Entah kenapa tiba-tiba aku ngaceng juga, perlahan.
"Mau ngocok bareng gak? Gue ada bokep," tawarnya.
Aku semakin degdegan.
"Mau gak?" tanya Jodi lagi.
Aku tergeragap. Ini hal yang aneh dan tak lazim, atau tak pernah aku lakukan sebelumnya. Jangankan harus telanjang, buka baju di depan Jodi aja aku insecure.
Jodi mendekat dan aku ikuti tawarannya, namun aku cuma berani buka resleting celanaku dan malu-malu ngeliatin penisku yang mengeras.
"Anjirrr dah ngaceng lu bro, gas lah, buka semua biar manteb."
Aku masih malu-malu dan tak berani melakukan lebih dari ini, aku masih takut jika tiba-tiba ada yang muncul dari balik pintu rooftop.
-00-
Adegan yang sama akhirnya terulang beberapa kali dan aku sudah terbiasa, sampai di ujung semester kami menjelang kelulusan.
Aku pernah telanjang berdua dengan jodi di kamar mandi sambil menonton bokep, kami mengocok penis kami masing-masing sampai klimaks.
Jodi klimaks duluan, dan aku baru menyusul setelah melihat pejuh jodi berceceran di lantai, kental dan melimpah.
Jodi coli minimal 5 hari sekali, kadang seminggu sekali, jadi wajar kalau banyak.
Dia juga menjaga asupan makanan karena workout. Asupan protein dan vitamin alami dari buah-buahan.
Aku ngaceng saat coli sama Jodi bukan karena bokep yang kami tonton, mataku lebih sering tertuju pada area tubuh Jodi dan kontraksi otot-ototnya saat pejuhnya muncrat.
Itu indah sekali, manly banget.

