Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.
KILAS RASA
memuat
Memuat konten...

Digenjod Kak Abel (lagi)



Kak Abel lepaskan sarungnya, penisnya yang kecil sudah setengah tegang.

Memang kecil dibanding badannya yang besar, bahkan saat ereksi penuh, masih lebih kecil dari punyaku yang lebih panjang dan tebal.

Tapi aku nggak peduli, justru itu yang bikin nyaman. Dia lembut tapi kuat.

-00-

Setiap liburan sekolah, aku selalu excited untuk ke rumah kakak kandungku di luar kota.

Rumahnya nyaman, tenang, dan yang paling penting, ada Kak Abel, suami kakakku.

Aku memanggilnya Kak Abel karena dia lebih tua sepuluh tahun dariku, tapi kami akrab banget.

Sejak pertama kali ketemu, kami langsung klik. Kakakku sering bilang aku seperti adik kecilnya juga.

Kak Abel badannya gempal, berotot tapi agak berisi, kulitnya sawo matang, dan senyumnya selalu bikin aku deg-degan.

Aku suka banget lihat dia santai di rumah cuma pakai sarung batik, tanpa baju.

Dada dan lengan bidangnya terpampang jelas, bulu-bulu halus di dadanya bikin aku ingin sentuh terus. 

Dia tahu aku suka ngeliatin, sering kali dia sengaja lelet ganti baju kalau aku lagi di sana.

Kak Abel bisexual, saat kakakku pergi, rumah hanya ada aku dan Kak Abel. 

Kami sering berdua di kamar utama mereka, pintu terkunci, AC menyala dingin.

Suatu sore, seperti biasa, kakakku pamit kerja. Begitu pintu depan tertutup, Kak Abel langsung tarik aku ke kamar.

"Kangen ya, Dik?" bisiknya sambil peluk aku dari belakang. 

Aku mengangguk, tanganku langsung meraba dada lebarnya yang hangat. 

Kami ciuman panas, lidah saling menari, tangannya meremas pantatku.

Kak Abel lepaskan sarungnya, penisnya yang kecil sudah setengah tegang. 

Memang kecil dibanding badannya yang besar, bahkan saat ereksi penuh, masih lebih kecil dari punyaku yang lebih panjang dan tebal. 

Tapi aku nggak peduli, justru itu yang bikin nyaman. Dia lembut tapi kuat.

Pertama, dia suruh aku doggy style di atas kasur. Aku jongkok, pantat terangkat, dia olesin pelumas dingin ke lubangku.

"Pelan ya, Kak," pintaku manja. 

Dia masuk perlahan, penis kecilnya pas banget, nggak bikin sakit. 

Genjotannya ritmis, tangan besarnya pegang pinggulku kuat. Aku mendesah pelan, "Ahh... Kak... enak..." 

Badannya yang gempal menindih punggungku, napas panas di leherku. 

Dia percepat, bunyi plak-plak pelan, aku goyang balik pantatku ikuti iramanya. Desahanku makin manja, "Kak Abel... lebih dalam..."

Setelah aku lemas, kami ganti posisi. Kali ini aku naik ke atasnya, bot on top. 

Kak Abel berbaring, badannya yang bidang jadi alas empuk. Aku duduk di pangkuannya, pegang penisnya yang licin, masukkan sendiri ke dalamku. 

"Aduh... pas banget, Kak," erangku sambil naik-turun perlahan. 

Dia pegang dada aku, jempolnya mainin putingku. Aku goyang pinggulku maju-mundur, rasakan gesekan enak di dalam. 

Matanya penuh nafsu lihat aku, "Kamu manis banget gini, Dik." 

Aku percepat, desahan kami campur, keringat menetes dari dadanya ke perutku.

Terakhir, Kak Abel angkat aku ke pinggir kasur, posisi deep butterfly. 

Kakakku suka posisi ini katanya, kaki aku diangkat tinggi ke bahunya, badanku terbuka lebar. 

Penisnya masuk lebih dalam meski ukurannya kecil, sudutnya pas banget tekan titik sensitifku.

"Ahhh! Kak... iya gitu!" jeritku manja. 

Dia genjot kuat, badan gempalnya bergerak ritmis, tangannya remas paha aku. 

Rasanya dalam sekali, nikmat banget, aku sampai getar-getar.

"Kamu suka ya, Dik? Desah lagi buat Kakak," bisiknya. 

Aku mendesah panjang, "Kak Abel... aku mau keluar... ahh!"

Kami klimaks bareng, dia isi dalamku hangat, aku muncrat di perutnya. 

Setelah itu, kami pelukan, napas ngos-ngosan. Aku cuma tersenyum, tahu liburan ini masih panjang.
Short Story
VIDEO DEWASA UPDATE HARIAN