Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.
KILAS RASA
memuat
Memuat konten...

P³n¹s Rio




"Lo boleh pegang, Nd," kata Rio dengan suara parau. "Gue izinin."

Andi gemetar saat tangannya menyentuh penis Rio melalui boxer. Keras, panas, dan besar. 

Dia menarik boxer itu ke bawah, memperlihatkan penis Rio yang tegak sempurna. 

Andi memegangnya pelan, mengocok perlahan sambil menatap wajah Rio yang tersenyum.

"Lanjutin... jilatin aja kalau mau," bisik Rio.

-00-


Andi dan Rio berbagi kamar kecil yang sempit. 

Mereka sudah berteman sejak masuk kuliah, sama-sama dari kampung yang jauh. 

Andi, yang pendiam dan rajin belajar, diam-diam menyimpan rahasia besar: dia jatuh cinta pada Rio, teman sekamarnya yang ceria dan santai.

Rio punya kebiasaan tidur hanya memakai boxer tipis. Setiap malam, setelah mandi, dia akan melepas bajunya di depan Andi tanpa malu-malu. 

Tubuh Rio yang atletis, dengan kulit sawo matang dan otot yang terbentuk dari olahraga kampus, selalu membuat Andi menelan ludah. 

Penis Andi langsung tegang hanya dengan melihat Rio membuka kaosnya, memperlihatkan dada bidang dan perut rata yang berkilau karena keringat hari itu.

Malam demi malam, Andi berbaring di kasur sebelah, pura-pura tidur sambil mengintip. 

Rio tidur telentang, boxer-nya sering kali sedikit tergeser, memperlihatkan garis pinggul yang menggoda. 

Andi tak tahan. Tangan kanannya pelan-pelan menyelinap ke celananya sendiri, menggenggam penisnya yang sudah keras. 

Dia membayangkan sentuhan Rio, napasnya memburu pelan agar tak terdengar. 

Sambil matanya terpaku pada tubuh temannya yang tidur damai, Andi masturbasi dengan gerakan pelan, sampai akhirnya muncrat di dalam celana. 

Rasa bersalah selalu datang setelahnya, tapi hasrat itu tak pernah pudar.

Hari-hari berlalu, dan siksaan batin Andi semakin berat. Dia tak bisa fokus belajar, selalu gelisah saat Rio ada di kamar. 

Akhirnya, suatu malam setelah Rio selesai mandi dan kembali hanya memakai boxer, Andi tak sanggup lagi menahan.

"Rio... aku ada yang mau bilang," kata Andi dengan suara gemetar, duduk di pinggir kasur.

Rio menoleh, tersenyum seperti biasa. 

"Apa tuh, Nd? Kok serius amat?"

Andi menunduk, tangannya dingin. 

"Aku... aku suka sama lo. Bukan sebagai teman. Aku gay, Rio. Dan aku suka sama lo sejak lama."

Ruangan hening sejenak. Andi siap menerima amarah, pukulan, atau bahkan Rio langsung pergi. 

Tapi yang terjadi justru di luar dugaan. Rio mendekat, duduk di sampingnya, dan tanpa kata langsung memeluk Andi erat.

"Hei... tenang aja," bisik Rio lembut. "Gue nggak marah kok."

Andi terkejut, tubuhnya kaku dalam pelukan itu. Rio lalu menatapnya dalam-dalam, tangannya naik ke pipi Andi, lalu bibir mereka bertemu. 

Ciuman pertama itu lembut, tapi segera menjadi panas. Rio mencium leher Andi, tangannya menyusuri dada temannya. 

Andi balas mencium dengan rakus, hasrat yang tertahan bertahun-tahun akhirnya meledak.

Mereka berguling ke kasur. Pakaian Andi dilepas perlahan, sementara Rio tetap hanya dengan boxer-nya yang sudah menonjol. 

Andi memegang tubuh Rio, mencium dada dan perutnya. Rio mengelus kepala Andi, membiarkannya menurun lebih ke bawah.

"Lo boleh pegang, Nd," kata Rio dengan suara parau. "Gue izinin."

Andi gemetar saat tangannya menyentuh penis Rio melalui boxer. Keras, panas, dan besar. 

Dia menarik boxer itu ke bawah, memperlihatkan penis Rio yang tegak sempurna. 

Andi memegangnya pelan, mengocok perlahan sambil menatap wajah Rio yang tersenyum.

"Lanjutin... jilatin aja kalau mau," bisik Rio.

Andi tak ragu lagi. Lidahnya menyapu kepala penis Rio, rasanya asin dan hangat. 

Dia menjilati batangnya dari bawah ke atas, lalu membuka mulut dan mengulum pelan. 

Rio mendesah, tangannya memegang rambut Andi, membimbing gerakan. 

Andi semakin dalam, mengulum dengan ritme yang semakin cepat, tangannya ikut mengocok bagian bawah.

"Ahh... Nd... enak banget," erang Rio.

Tak lama, tubuh Rio menegang. Dia muncrat di dalam mulut Andi, hangat dan banyak. 

Andi menelan sebagian, sisanya menetes di dagunya. 

Mereka berpelukan lagi, menciuman panas sambil saling mengelus penis satu sama lain sampai Andi juga mencapai puncaknya di tangan Rio.

Setelah napas mereka reda, Rio memeluk Andi dari belakang, bibirnya di telinga temannya.

"Terima kasih ya, Nd, sudah jujur sama gue," bisik Rio pelan.

"Besok gue bakal pindah kos. Gue udah lama mau pindah ke tempat yang lebih deket kampus. Ini... momen terakhir kita bareng di sini."

Andi terdiam, hatinya campur aduk antara bahagia dan sedih. Malam itu, mereka tidur dalam pelukan, tapi Andi tahu, besok semuanya akan berubah. 

Rahasia yang terungkap membawa kelegaan sekaligus perpisahan.
ANAK KOS
VIDEO DEWASA UPDATE HARIAN