Banyak Pria Muscle Dijadikan Boti oleh Para Vers
Di dunia gemerlap gym, tempat bau karet lantai bercampur dengan parfum keringat maskulin, ada gosip yang beredar pelan seperti desis angin dari kipas industri: banyak cowok muscle yang tiba-tiba berubah role.
Dari top gagah perkasa, jadi boti jinak. Katanya, itu ulah para vers. Konspirasi licin yang tak pernah tertangkap basah.
Reza mendengarnya pertama kali di loker room. Ia tertawa pendek waktu itu, menganggap omongan temannya hanya candaan jorok seusai latihan kaki. Sampai ia bertemu Saka.
Saka tidak besar. Tidak punya dada sekeras beton seperti Reza. Tidak punya bahu seluas papan surfing.
Tapi cara bicara Saka tenang dan jernih, seperti sungai malam. Tatapannya tidak menantang, namun dalam dan mengamati seperti ia bisa melihat struktur tulang di balik kulit.
Saka seorang vers. Ya, itu fakta yang jarang dibicarakan tanpa bisik-bisik.
Pelan-pelan, entah bagaimana, Saka membuka pintu-pintu kecil di kepala Reza.
Awalnya lewat obrolan: tentang sisi anima dalam diri pria menurut Carl Jung—bagian feminin dalam jiwa laki-laki yang sering ditekan karena tuntutan maskulinitas sosial.
Saka bilang, setiap pria punya dunia batin yang lebih lembut, intuitif, ingin dipahami, ingin menyerah tanpa takut dinilai rendah.
Dunia itu sunyi, tersembunyi, karena masyarakat selalu bilang laki-laki harus keras, harus menang, harus memimpin.
“Kalau kamu menolak anima-mu, kamu nggak lengkap sebagai manusia,” kata Saka suatu malam di parkiran gym, sambil menyalakan rokok tipis.
Reza diam. Kata-kata itu menampar lebih keras daripada set 140 kilo deadlift.
Sejak saat itu, Reza mulai merasakan sesuatu yang aneh. Saat latihan bareng Saka, ia tidak lagi merasa harus memamerkan kekuatan.
Ia merasa tenang. Merasa boleh rapuh. Merasa aman untuk melepas kontrol.
Dan dalam ruang sunyi antara napas yang terengah-engah dan derit barbel, sesuatu di dalam dirinya berubah. Pelan. Halus. Mencair.
Mungkin memang para vers seperti Saka memiliki semacam kekuatan tak terlihat.
Fleksibilitas mereka—mampu jadi top, jadi bottom, jadi mediator di antara kutub—membuat mereka mahir memainkan dinamika psikologis.
Mereka membuka kunci anima para cowok muscle, yang selama ini hidup di bawah kulit tebal ego maskulin.
Banyak cowok muscle itu akhirnya takluk di bawah kontol berurat para vers yang dengan lembut menjamah lubang mereka.
Akhirnya, pria maskulin itu nyaman memainkan sisi animanya, mereka menjadi boti sebagai sisi lain yang jarang terjamah.
Itulah kenapa, kata rumor itu, banyak cowok muscle yang akhirnya jadi boti. Bukan karena kalah, tapi karena menemukan sisi dirinya yang selama ini terkubur oleh standar macho.
Dan gosip lainnya: diam-diam para vers juga melakukan operasi terbalik.
Cowok feminim yang dulu manis dan pasif pelan-pelan berubah jadi top yang percaya diri.
Seperti mereka memutar energi polaritas manusia, supaya semua orang menemukan ekuilibrium yang benar-benar milik mereka.
Reza tidak tahu apakah semua rumor itu benar. Tapi satu hal pasti: malam itu, ketika pintu apartemen Saka tertutup dan dunia luar hilang, ia menyerah tanpa rasa kalah. Untuk pertama kalinya ia tidak merasa harus menang.
Ia merasa utuh.
Saka menyetubuhinya seperti seorang pria menjamah perempuan, dan dia lah yang berperan sebagai perempuannya.
Dan di luar sana, dunia terus berputar, gym tetap bising, dan rumor konspirasi para vers beredar makin luas, seperti bisikan yang tak akan pernah padam:
“Jangan heran kalau banyak cowok muscle jadi boti. Itu kerjaan kami,” kata Saka sambil tersenyum miring.
“Dan yang feminim? Bersiaplah. Mereka akan naik ke atas.”
Cerita seperti ini selalu berkembang. Karena manusia selalu berubah. Dan mungkin, di balik semua candaan dan gosip itu, ada sebuah kebenaran kecil:
Semua orang hanya sedang mencari tempat untuk menjadi diri sendiri. Terkadang di atas. Terkadang di bawah. Terkadang keduanya.
