Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.
KILAS RASA
memuat
Memuat konten...

Boti Manly Semakin Banyak


Entah kapan mulainya, tapi akhir-akhir ini terasa sekali bahwa boti manly semakin banyak muncul di aplikasi kencan pelangi. 

Fenomena yang dulu cuma dibicarakan setengah berbisik sekarang berubah seperti notifikasi yang tak berhenti berdenting. 

Swipe kiri, swipe kanan, bio profil yang polos tapi jujur: “Manly btm,” “Maskulin tapi lembut,” “Badan besar hati halus.” Semuanya tampil tanpa malu-malu.

Mungkin semuanya dimulai sejak Reza—cowok paling maskulin yang pernah muncul di layar ponselku—memutuskan jujur tentang dirinya. 

Foto-fotonya penuh dengan kesan jantan: brewok rapi, jaket kulit hitam, pose duduk di atas motor besar. Biasanya tipe begini identik sama “top garis keras,” tapi di bio-nya tertulis simpel dan menohok:
“Saya boti, dan saya bangga.”

Aku ingat pertama kali match dengannya. Deg-degan? Jelas. Bukan karena orientasinya, tapi karena keberanian semacet itu terasa jarang. 

Ketika kami mulai chatting, dia berkata,

“Gue capek pura-pura jadi yang orang mau. Gue tetap cowok. Gue tetap kuat. Tapi preferensi gue nggak bikin gue kurang laki.”

Aku cuma mengangguk di depan layar ponsel, seperti orang bodoh yang nggak bisa menyusun kalimat cerdas. Jawabanku pendek, tapi tulus:

“Lu keren.”

Sejak hari itu, fenomenanya seperti efek domino. Semakin ada satu orang yang berani terbuka, lainnya mengikuti. 

Di aplikasi, aku mulai melihat profil-profil lain menyusul.

“Akhirnya berani jujur.”
“Stop pura-pura untuk diterima.”
“Maskulin dan lembut bukan dua hal yang saling meniadakan.”

Sesuatu berubah. Ruang yang dulu penuh penilaian dan tekanan sosial mendadak terasa lebih manusiawi. 

Cowok-cowok yang sejak kecil dijejali kalimat “cowok harus keras, harus dominan, harus memimpin” akhirnya menemukan ruang untuk bilang, “Gue punya sisi lembut, dan itu bukan dosa.”

Aku sempat berbincang dengan Bima, salah satu match lain yang wajahnya seperti model iklan parfum. 

Rahang tegas, tatapan tajam, nada bicara tenang. Kami ngobrol panjang sampai dini hari, dan di tengah percakapan, dia mengaku,

“Gue juga boti. Udah lama gue simpan. Takut dicap palsu, takut dianggap nggak cowok.”

Aku tertawa pelan.

“Kalau jadi manusia aja harus pura-pura, hidup jadi capek banget.”

Dia membalas dengan emoji senyum kecil, tapi dari cara dia mulai mengetik lebih panjang setelahnya, aku tahu itu terasa seperti beban besar yang akhirnya ia lepas.

Dan makin lama, aku makin paham satu hal: tren ini bukan sekadar soal peran di ranjang. Ini tentang validasi emosional. 

Tentang hak setiap orang untuk menerima bagian dirinya yang lembut. Tentang berhenti berpura-pura agar sesuai ekspektasi orang. 

Tentang keberanian memeluk kerentanan sendiri tanpa takut dicemooh.

Jika dulu label “boti” terdengar seperti bahan candaan di grup laki-laki sok jagoan, sekarang berubah jadi kalimat penuh kebanggaan yang ditulis tanpa sensor di kolom bio. 

Dan lucunya, makin banyak yang jujur, makin sedikit yang melihatnya sebagai sesuatu yang aneh. Normalisasi itu bergerak perlahan tapi pasti, dimulai dari keberanian individu.

Aku pribadi tidak pernah masalah dengan itu. Selama seseorang bersikap baik, jujur, dan menghormati orang lain, posisinya di ranjang bukan urusanku. Manusia jauh lebih rumit daripada sekadar top atau bottom. 

Identitas bukan adu otot, bukan lomba siapa paling gagah. Kadang justru keberanian terbesar adalah mengakui rapuh di depan layar ponsel.

Malam ini aku buka aplikasinya lagi. Notifikasi baru muncul. Match baru, dengan bio singkat:

"Tall, manly, boti. Gue cuma pengen diterima apa adanya.”

Aku tersenyum.

Sebuah kalimat yang dulu mungkin dianggap gila, sekarang terdengar sangat wajar.

Aku balas chat:

“Hidup terlalu pendek untuk jadi orang lain.”

Di layar kecil itu, aku melihat kenyataan sederhana:
Dunia berubah bukan karena suara keras, tapi karena pengakuan jujur yang pelan namun berani.

Dan jujur saja, aku senang hidup di masa di mana menjadi lembut bukan lagi dianggap kelemahan, tapi bentuk paling tulus dari kekuatan manusia.

Gaya Hidup