Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.
KILAS RASA
memuat
Memuat konten...

Dapet Temen Kos Secakep ini

 
Satu tahun. Dua belas bulan penuh kejutan, begitu pikirku saat kampus mewajibkan program ngekos. Di luar ekspektasi, karena aku tak pernah membayangkan harus berbagi kamar dengan orang asing. 

Kecemasan mencuat, membayangkan teman sekamar yang menjengkelkan, berantakan, atau punya kebiasaan aneh. Namun, takdir punya selera humor yang unik.
 
Namanya Deandra. Kami berbeda jurusan, bak bumi dan langit. Dia atletis, anak gym sejati. Tubuhnya adalah pahatan sempurna, hasil disiplin dan kerja keras. 

Otot-ototnya terbentuk indah, garis tubuhnya tegas. Dan dia, entah karena gerah atau memang kebiasaan, sering tidur tanpa atasan. Untungnya, kamar kami twin bed.
 
Awalnya, aku risih. Bukan karena apa, tapi pemandangan itu terlalu... mengganggu. 

Setiap malam, aku berusaha memalingkan wajah, mencoba fokus pada buku atau layar laptop. Tapi, mata ini seolah punya kemauan sendiri. Diam-diam mencuri pandang, mengagumi setiap lekuk tubuh Deandra yang terpapar jelas.
 
"Belum tidur?" Suara berat Deandra membuyarkan lamunanku.
 
Aku tersentak, salah tingkah. "Eh, belum. Lagi ngerjain tugas."
 
Deandra hanya mengangguk, lalu memejamkan mata. Aku menghela napas lega. Hampir saja ketahuan.
 
Hari-hari berlalu. Aku mulai terbiasa dengan keberadaan Deandra. Kami sering terlibat obrolan ringan, membahas kuliah, musik, atau film. 

Ternyata, dia orang yang asyik dan menyenangkan. Selera humor kami pun cocok. Tak jarang, kami tertawa terbahak-bahak hingga penghuni kos lain menegur.
 
Namun, ada yang tak berubah. Setiap malam, aku masih terpukau dengan keindahan tubuh Deandra. 

Bahkan, perasaan aneh mulai tumbuh di hatiku. Bukan lagi sekadar kagum, tapi sesuatu yang lebih dalam. Aku tak tahu apa namanya, tapi yang jelas, itu membuatku gelisah.
 
Suatu malam, setelah sesi gym yang melelahkan, Deandra kembali ke kamar dengan tubuh berkeringat. Dia langsung membuka kausnya, memperlihatkan perut sixpack-nya yang menggoda. Aku menelan ludah.
 
"Mau coba pegang?" Tiba-tiba Deandra menawarkan, dengan nada bercanda.
 
Jantungku berdegup kencang. Aku tak tahu harus menjawab apa. Otakku buntu.
 
"Gak usah, deh. Ntar kamu geer," jawabku akhirnya, berusaha menutupi kegugupan.
 
Deandra tertawa. "Siapa tahu kamu suka."
 
Aku hanya tersenyum kecut. Suka? Tentu saja aku suka. Tapi, berani kah aku mengungkapkannya?
 
Satu tahun ngekos bersamanya, jauh dari kata membosankan. Aku tidak menyangka akan mendapatkan teman sekamar se-cakep Deandra, yang setiap lekuk tubuhnya enak dilihat. 

Namun, lebih dari itu, aku menemukan seseorang yang membuatku belajar tentang persahabatan, penerimaan, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.
 
Sebenarnya aku ingin mengajaknya lanjut ngekos di luar, aku tak sanggup untuk melepaskan kenikmatan ini.
ANAK KOS