Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.
KILAS RASA
memuat
Memuat konten...

Kau Sudah Beristri, Kenapa Menghubungiku?

Layar ponselku berkedip, menampilkan nama yang telah lama terkubur dalam palung hati. Defriz. 

Jantungku mencelos, seolah terjatuh dari tebing curam. Jemariku gemetar, ragu menyentuh ikon hijau. 

Kini, ia bukan lagi Defriz yang kukenal dulu. Ia telah berlabuh, memiliki nahkoda lain dalam bahtera rumah tangganya.
 
Pesan singkat itu bagai belati yang mengiris luka lama. Ia tiba-tiba hadir, setelah sekian lama aku berjuang menguburnya dalam-dalam. 

Usaha melupakannya, merajut kembali serpihan hati yang berserakan, terasa sia-sia. Gema masa lalu kembali bergaung, menghancurkan benteng pertahanan yang susah payah kubangun.
 
Hubungan kami terlarang. Aku adalah senja, ia adalah fajar. Aku adalah rembulan, ia adalah mentari. 

Kami tak mungkin bersatu dalam satu garis waktu. Aku adalah boti, ia adalah top. Sebuah jurang terjal membentang di antara kami, memisahkan dua dunia yang berbeda. 

Aku sadar diri, menyadari bahwa cinta ini adalah dosa yang tak terampuni.
 
Namun, di balik kesadaran itu, kerinduan menggerogoti jiwaku. Aku merindukan senyumnya, tatapannya, sentuhannya. 

Aku merindukan canda tawanya, obrolan hangat di bawah bintang, dan dekapannya yang menenangkan. 

Aku haus kasih sayang, merasakan kontolnya yang keras mengoyakku penuh gairah, lalu melepaskan kehangatan di dalamnya.

Ia pun mengaku rindu. Kata itu bagai candu yang memabukkan, membuatku lupa akan realita yang pahit.
 
"Aku ingin menemuimu," bisiknya dalam sambungan telepon.
 
Ajakan itu bagai godaan setan yang menyesatkan. Ia ingin datang ke apartemenku, ruang yang menjadi saksi bisu kisah cinta terlarang kami. 

Namun, itu adalah siksaan yang tak terperi. Ia bukan lagi milikku, tak akan pernah bisa kumiliki. Ia adalah ilusi yang menghantui, bayangan semu yang tak mungkin kuraih.
 
Air mata mulai membasahi pipiku. Sesak memenuhi rongga dada, menghimpit setiap inci ruang di dalamnya. 

Aku tak sanggup membayangkan ia berada di sini, di sisiku, namun tak bisa kumiliki sepenuhnya. Itu adalah neraka yang jauh lebih mengerikan dari api abadi.
 
Dengan suara bergetar, kubisikkan kata-kata yang menghancurkan hatiku sendiri. 

"Jangan hubungi aku lagi, Defriz. Kisah kita telah berakhir. Biarkan aku pergi, biarkan aku melupakanmu."
 
Kemudian, dengan berat hati, kublokir seluruh akses komunikasinya. Nomornya, akun media sosialnya, semua lenyap dari hadapanku. 

Aku memutus rantai yang mengikatku pada masa lalu, membebaskan diri dari belenggu kerinduan yang menyesakkan.
 
Kini, aku berdiri di balkon apartemen, menatap gemerlap kota yang tak pernah tidur. Air mata masih mengalir, membasahi pipiku yang dingin. 

Aku tahu, melupakannya adalah proses yang panjang dan menyakitkan. Namun, aku harus melakukannya. Aku harus merelakan ia pergi, membiarkannya bahagia dengan kehidupannya yang baru.
 
Aku adalah gema yang terlarang, yang tak mungkin lagi bergaung dalam kehidupannya. Aku adalah masa lalu yang harus dilupakan, demi masa depan yang lebih baik. 

Meski hatiku hancur berkeping-keping, aku akan tetap tegar. Aku akan bangkit, merajut kembali mimpi-mimpi yang sempat terkubur, dan menemukan kebahagiaanku sendiri.
 
Semoga cerpen ini bisa memberikan inspirasi. Jika ada yang perlu diubah atau ditambahkan, jangan ragu untuk memberitahu.
Kilas Rasa