K⁰ⁿt⁰lku Masih Basah, Baru Satu Celupan
Nuel Elastia
---
Mentari siang itu terasa begitu terik, membakar kulit saat aku memacu motor menuju rumah Rina.
Dia menelepon pagi tadi, suaranya terdengar manja, merindukanku.
Kabarnya, orang tuanya sedang keluar kota, ada acara keluarga yang tak bisa ditinggalkan.
Aku yang sedang suntuk dengan tugas kuliah, langsung bersemangat.
Rumah Rina tampak sepi. Pintu depan tidak terkunci, aku langsung masuk dan mendapatinya sedang duduk di ruang tengah, menonton televisi.
Senyumnya merekah saat melihatku datang. "Akhirnya kamu datang," ujarnya sambil menghampiriku.
Kami mengobrol ringan, membahas banyak hal. Mulai dari tugas kuliah yang menumpuk, teman-teman yang mulai sibuk dengan urusan masing-masing, hingga rencana liburan yang tak kunjung terealisasi.
Suasana terasa nyaman dan menyenangkan, sampai kemudian Rina mengubah topik pembicaraan.
"Kamu tahu kan, aku sayang banget sama kamu?" tanyanya sambil menatapku dalam-dalam. Aku mengangguk, merasa tersanjung dengan ucapannya.
"Aku pengen nunjukkin rasa sayangku lebih dari sekadar kata-kata," lanjutnya, kali ini dengan nada yang lebih serius.
Aku mulai merasa tidak enak. Firasat buruk mulai menghantuiku.
"Maksud kamu?" tanyaku ragu.
Rina menggenggam tanganku erat.
"Fuck me," bisiknya.
Jantungku berdegup kencang. Aku terkejut dengan permintaannya.
"Rina, kita masih kuliah. Kita belum menikah. Aku nggak mau," jawabku tegas, berusaha menahan diri.
Rina tampak kecewa.
"Kenapa? Kamu nggak sayang sama aku?" tanyanya dengan nada merajuk.
"Bukan gitu, Rina. Aku sayang sama kamu. Tapi aku nggak mau melakukan hal yang salah. Aku nggak mau kita menyesal nantinya," jelasku.
Namun, Rina terus merayu. Dia bilang, ini adalah bukti cintanya padaku. Dia bilang, dia percaya padaku.
Lama kelamaan, pertahananku runtuh. Aku yang juga sedang dipenuhi nafsu, akhirnya menyerah.
Kami melakukannya. Tapi di tengah jalan, rasa takut dan gelisah menghantuiku.
Aku merasa bersalah, merasa telah mengkhianati prinsipku sendiri.
Kontolku yang udah ngaceng banget baru masuk ke vaginanya, terasa hangat dan basah.
Cepat-cepat aku cabut. Kontolku masih ngaceng dan basah oleh cairan vaginanya.
Rina marah. Dia merasa dipermainkan.
"Kamu kenapa sih? Tadi katanya sayang sama aku?" ujarnya dengan nada tinggi.
Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Suasana menjadi sangat tidak nyaman. Aku merasa bersalah, tapi aku juga tidak bisa memaksakan diri.
"Aku pulang aja ya," ujarku akhirnya, berusaha mencairkan suasana.
Rina tidak menjawab. Dia hanya membuang muka, tanda masih marah padaku.
Aku pamit, lalu pergi meninggalkan rumahnya dengan perasaan campur aduk.
Beberapa hari kemudian, Rina memutuskan hubungan kami. Dia bilang, aku tidak bisa memenuhi keinginannya.
Aku tidak bisa memberikan bukti cinta yang dia inginkan. Aku hanya bisa pasrah.
Namun, yang lebih menghantuiku adalah rasa takut kalau Rina hamil. Meskipun baru satu celupan dan tidak sampai crot di dalem, tetap saja ada kemungkinan itu terjadi.
Aku menyesal telah melakukan hal bodoh itu. Aku menyesal telah mengkhianati prinsipku sendiri.
Aku berjanji pada diri sendiri, jika nanti aku menjalin hubungan dengan seorang wanita, aku akan melakukannya dengan lebih bertanggung jawab.
Aku akan memastikan bahwa hubungan itu aman dan tidak akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Penyesalan ini akan menjadi pelajaran berharga dalam hidupku.

