Istriku Adalah Kakak Kandung BFku
Nuel Elastia
---
Istriku sedang kerja dan hari ini Galih menginap di rumah kami.
Rasa rindu tak tertahankan, di ranjang yang sama aku menyetubuhinya seperti aku menyetubuhi kakaknya, yang sekarang menjadi istriku.
Galih mendesah manja, kontolku ereksi keras karena aku tahu sosok yang sedang kujamah adalah orang yang kusayang.
-00-
Karena sering main ke rumah Galih, aku dekat dengan keluarganya.
Setiap hari sore, sehabis aktivitas komunitas, kakiku selalu terarahkan ke rumah bapak Galih yang penuh kehangatan.
Aku 4 tahun lebih tua dari Galih, keluarga mereka tak tahu kalau hubungan kami lebih dari sekedar senior junior komunitas.
Seringkali mereka melihat kami bercanda, berpikir itu cuma keakraban antar teman.
Tapi di balik itu, ada janji rahasia yang hanya kita dua yang tahu: kami pasangan kekasih.
Sampai suatu hari, ayah Galih memanggilku ke ruang tamu. Dia tersenyum lebar, memperkenalkanku ke kakak perempuan Galih yang baru pulang dari kuliah di luar kota.
"Ini Ayu, anak sulungku," ucapnya. Lalu dia menatapku dengan pandangan harap.
"Kamu tampan, pekerjaannya bagus. Ayu pasti senang punya orang sepertimu sebagai suami, lho."
Aku terkejut, mulutku terkatup rapat. Galih yang ada di samping hanya terdiam, matanya menoleh ke arah lantai.
Malam itu, di kamar Galih, dia menggodaku dengan senyum yang biasa membuatku meleleh.
"Kakakku pasti senang dapat suami tampan, tinggi dan badan proporsional sepertimu," katanya sambil menepuk pundakku.
Aku tertawa, meskipun hatiku terasa terjepit.
"Kalau gitu, aku lebih tertarik adiknya daripada kakaknya," jawabku sambil memegang tangannya.
Namun Galih justru memberikan isyarat lain. Dia mendekat, napasnya menyentuh telingaku.
"Jika kamu menikah dengan kakakku, kita bisa bersatu lebih lama," katanya perlahan.
Aku mendengarnya dengan mata terbuka lebar. Artinya, kita bisa bertemu secara teratur, tanpa dikhawatirkan orang lain.
Realitas tak pernah berpihak pada kami—usia yang berbeda, status yang belum pasti, dan takutnya keluarga Galih tidak menerima hubungan ini.
"Tapi ini ide gila, bisakah menikah tanpa rasa cinta?" tanyaku, mataku mencari jawaban di matanya.
Galih hanya tersenyum, memelukku erat. Kukira ini realistis—cara untuk tetap bersama tanpa harus menghadapi dunia luar.
Akhirnya, aku menyetujui. Aku menikah dengan kakaknya Galih, Ayu, yang ramah dan selalu mempercayai diriku.
Di hari pernikahan, aku melihat Galih berdiri di sudut ruangan, tersenyum dengan mata yang sedikit basah.
Cinta kita tersembunyi di balik pintu pura-pura, dan itu adalah harga yang harus kita bayar untuk tetap bersama.
-00-
Ayu bilang kalau dia hamil, ekspresiku netral, sedikit aneh mendengarnya.
Selama ini saat berhubungan badan dengannya, imajinasiku selalu ke Galih.
Wajah mereka hampir mirip, hanya beda gender. Saat ngecrotpun, aku membayangkan sedang menumpahkan cairan "kasih sayang" itu ke BFku.
Muncratan itu kini menjadi benih di rahimnya. Rasanya aneh dan tidak lazim.
Aku berusaha menyambutnya dengan bahagia.
"Sepertinya kita harus informasikan ke keluarga, kapan-kapan kita atur jadwal makan malam bersama," ajakku.

